Onani Tiap Hari, Oke Nggak Sih?

Langsung saja Dok, saya seorang pelajar di SMU Swasta Favourit yang berumur 16 tahun. Seperti yang kita ketahui sekolahku memiliki banyak siswa berdaya tarik tinggi, khususnya dalam sikap, intelejensia dan penampilan. Hal ini membuat saya sering tidak dapat menahan rasa nafsu bila melihat teman wanita yang kelewat cantik. Kesemuanya ini berdampak seringnya saya melampiaskan dengan jalan onani. Hampir sehari sekali saya melakukannya.

Melalui rubrik ini saya mewakili teman-teman untuk menanyakan beberapa pertanyaan :

1.Apakah onani itu perlu?
2.Apakah akibat jangka panjang dari onani yang berlebihan?
3.Mengapa setiap kali onani “Mr P”-ku sering terasa perih?
4.Apa ada cara onani yang aman?
5.Wajarkah bila saya dan teman-teman melakukan hal ini?

Terima kasih atas jawabannya.
Albert, Semarang

jawaban:

Thanks Albert, sepertinya saya membayangkan kalau Albert dan teman-teman termasuk golongan remaja yang punya prinsip ‘bayangan hidup’ sampai tahap ‘pandangan hidup’. Baru membayangkan saja sudah ‘hidup’ alias ereksi, apalagi kalau sudah memandang sesuatu yang merangsang. Itulah yang sering saya katakan remaja yang sedang mengejolak, dalam usia demikian memang produksi hormon-hormon seksualnya sedang amat sangat pesatnya sehingga gampang terangsang. Secara medis saya selalu menyampaikan kalau masturbasi atau onani adalah satu cara penyaluran dorongan seks dan ini wajar dialami oleh remaja seusiamu.

Sekali lagi saya tidak bisa mengatakan apakah onani itu perlu atau tidak, karena tingkat kebutuhan setiap orang khan berbeda. Kenapa kamu justru menyalurkan dengan cara onani, karena sebagian teman-temanmu melakukan juga sehingga pengaruh teman akan sangat besar. Sebaliknya mungkin ada juga remaja yang tidak tahu apakah itu onani sehingga, penyalurannya lebih banyak dengan cara menbayangkan saja, yang akan berakhir dengan mimpi basah pada malam harinya. Inipun juga wajar-wajar saja!!

Beberapa ahli mengatakan bahwa frekuensi masturbasi seorang remaja meningkat ketika sedang stress, dan justru peningkatan frekuensi inilah yang membuat seorang remaja jadi ‘bermasalah’, sehingga membutuhkan seseorang untuk berkonsultasi. Begitu banyak mitos yang beredar di kalangan remaja, seperti onani bisa menimbulkan terjadinya impotensi, kemandulan, ejakulasi dini tapi sebenarnya ketakutan-ketakutan itulah yang akan membuat mitos itu menjadi kenyataan, walaupun secara logika sulit dijelaskan. Belum lagi perasaan bersalah, dosa yang menghantui setiap saat, perasaan-perasaan ini seringkali justru akan berdampak menurunkan prestasi belajar.

Nah ini justru berbahaya… lagi kalau dalam onani, kamu menggunakan alat-alat bantu, atau cairan yang bersifat kimiawi dan bersifat iritatif, misalnya pelumas, sabun, vaselin, lotion, baby oil dll. Seringkali kulit kita terlampau sensitif untuk cairan semacam itu, dan cara inilah yang saya anggap sangat tidak aman. Bagaimana cara yang paling aman, Albert tentu lebih tahu (kalau saya mungkin lebih baik tidak onani saja, itu yang paling aman!)

Ok-lah! Tapi, bagaimanapun saya berharap dengan penjelasan saya ini kamu dan teman belum terlalu puas sehingga kita perlu banyak bertemu untuk membicarakan masalah ini, silakan bisa berkonsultasi ke klinik atau perlu banyak mengalihkan dalam kegiatan-kegiatan positif (seperti ekstra kurikuler), sehingga dorongan untuk ber’onani’ria bisa dikurangi.

Sekali lagi saya tidak bisa mengatakan normal atau tidak normal, karena masturbasi atau onani di negara timur seperti Indonesia ini masih berhubungan erat dengan budaya, norma dan agama, sehingga benturan-benturan yang ada seringkali muncul dalam bentuk larangan-larangan atau dosa.

Tinggalkan komentar